01 Maret, 2012

Peran Pendidikan

Banyak anak usia sekolah sudah kecanduan rokok, ada pula tua bangka berpendidikan S2, dosen pula, tapi masih kuatir aqidahnya hancur lebur hanya gara-gara salam agama lain.

Diantara para penyelenggara negara juga masih banyak S1, S2 atau S3 yang mudah dipengaruhi untuk mengutamakan kepentingan partainya diatas kepentingan rakyat banyak, tega mengadudomba menggunakan agama, atau rajin korupsi karena indoktrinasi orang tua yang menuhankan materi.

Indoktrinatornya beda, doktrinnya berbeda, tapi hasilnya sama: masyarakat yang mudah dibodohi, diadudomba, dikadali.


Jelas sekali bahwa masih ada yang lupa diajarkan dalam pendidikan formal kita, terbukti dari lulusannya-lulusan terbaiknya yang masih mudah diindoktrinasi.

Kemendiknas maupun kemenham juga, setahu saya, belum membuat kurikulum/panduan resmi untuk memudahkan warga mempelajari topik tersebut.


Pengetahuan soal ini mungkin tabu untuk dibahas dan dijadikan konsumsi publik. Pakar-pakarnya pun masih langka yang sudi bagi-bagi ilmu secara gratis... Apalagi jika terikat prinsip kerahasiaan yang melarang mereka bicara apapun terkait dengan proyek yang dikerjakan.

Akhirnya kita tak punya pilihan selain belajar tanpa bisa terlalu tergantung pada seorang pun nara sumber. Mungkin lebih baik begitu.

Menurut Anda, mengapa pendidikan kita tidak memperkenalkan taktik indoktrinasi sejak dini? Jika masyarakat tetap bodoh dan mudah dimanipulasi, siapa yang diuntungkan?