Tentu tidak setiap indoktrinasi dilatarbelakangi niat jahat dan
tidak setiap indoktrinasi berakibat sangat buruk. Akan tetapi yang
namanya indoktrinasi hanya sukses disebut indoktrinasi jika dan hanya
jika berhasil "melumpuhkan" sesuatu yang membedakan manusia dari
binatang jalang: Kemampuan bertanya, mengkritisi dan menguji.
Nah, korban yang sudah dibiasakan untuk tidak berpikir kritis memungkinkan sang indoktrinator untuk bebas
memperbudak pikiran dan memanipulasi korban sesuai keinginan mereka. Mengubah manusia dari mahluk berpikir menjadi domba-domba yang patuh
secara membabibuta.
Keluguan kronis itu menjelaskan mengapa banyak dari
kita masih
setia mendukung ajaran kekerasan; Masih mendukung partai
pengadudomba yang jualan agama; Masih suka mengusir dan menzalimi tetangga akibat
provokasi ahli kitab pemecah belah negara; Masih suka berkultus ria dan
bersekte-sekte; Dan... Masih gampang ditipu iklan, baik iklan dari perusahaan
komersil maupun iklan dari koruptor.
Segelintir elit yang paham
cara manipulasi pikiran bersenang-senang menikmati kekuasaannya, bebas
korupsi dan memperkaya diri. Sementara warga yang tidak paham dibuat
sibuk dengan urusan-urusan tidak bermutu tidak berkaitan dengan tujuan
kita bernegara. Warga-warga lugu selalu didombakan, dibabikan,
dibutakan.... oink-oink! << suara babi lucu.
Dan tingginya populasi babi-babi lugu
seperti itu jelas tidak sehat untuk demokrasi. Korban indoktrinasi, ketika diberi kebebasan
bersuara hanya akan mengeluarkan teriakan-teriakan sesuai indoktrinasi purba yang
diterimanya sejak kecil, atau indoktrinasi dari siapapun yang sedang memanipulasi pikirannya. Dan ketika diberi hak memilih, akan membuat pilihan yang
sesuai dengan petunjuk sang indoktrinator. Bayangkan jika babi lugu selalu jadi mayoritas, percuma saja ada pemilu, karena hasilnya akan selalu menguntungkan segelintir elit yang menguasai taktik indoktrinasi.
Jika taktik indoktrinasi bisa diungkap dan dipahami oleh lebih banyak orang, para domba yang membabi buta bisa dibangkitkan lagi kemanusiaannya, kembali menjadi warga yang bisa berpikir layaknya manusia yang berakal.
Disertai dengan kualitas pendidikan yang baik, rakyat akan mampu membuat pilihan-pilihan yang lebih menguntungkan untuk sebanyak-banyaknya umat manusia.
Anda tahu contoh keburukan yang timbul akibat orang mudah diindoktrinasi? Mari berbagi :)
tauuu! orang em el eeem! haha!
BalasHapusiya tuh, Om Gorila. temen saya cerita, karena dia ikutan MLM makanan kesehatan mosok ngomong ke anaknya yang masih umur tiga begini: adek nggak papa kalo nggak mau makan sayur, yang penting makan ini tiap hari satu sendok biar sehat.
ya... anak kecil kan bukan masalah kebutuhan nutrisinya aja yang penting, tapi juga kemampuan motoriknya. salah satunya mengunyah dan mengenali rasa makanan. waktu saya protes, terus dijawabnya gini: kata dokter nggak papa kok. emang pinteran siapa sih, kamu apa dokter?
ya jelas nggak papa lah! kan dokternya yang jualan! gimana sih?!
terus temen saya yang laen lagi tuh baru ikutan MLM tiga bulanan. sejak saat itu kalo ngomong jadi serasa dengerin Mario Teguh. isinya motivasi-motivasi melulu. waktu saya protes, eh saya malah dibilang sirik. padahal maksud saya kalo dia mau ngomong gitu tuh liat-liat tempat lah. jangan ngomong "bisa dapet 30 juta sebulan kalo kamu berusaha keras, dan jangan lupa berdoa supaya dibukakan jalan rejekinya" di depan orang yang barusan di PHK. kan jadi pengen nimpuk. terus tiap ngajakin ketemuan atau nongkrong bareng, pasti deh ngomonginnya MLMnya itu melulu. semua temen-temennya jadi curiga kalo dia udah ngajak ketemu. males dengerin dia prospek berbusa-busa.
terus kalo ada orang yang balik nanya dia udah dapet berapa, pasti langsung mengalihkan pembicaraan.
jadi parah gitu ya, Om Gorila. seperti masuk sekte jahat...
Mungkin suatu hari nanti memang kita manusia cukup makan satu kapsul saja tiga kali sehari, sudah termasuk serat kasar dan semua nutrisi yang dibutuhkan Tubuh.
HapusMasalah otot rahang dan peristaltik usus pasti akan beradaptasi, hanya saja perlu diteliti apakah efek negatifnya menakutkan. Nah, anak-anak itulah dipakai eksperimen dulu :))
Soal indoktrinasi sekte itu menarik, baik atau jahat sepertinya tak jauh beda taktik indoktrinasi dan efek pengkultusannya. Bisa jadi update tuh. Terimakasih, salam zuper!!
Yang bener itu "terima kasih", Om. Nggak pernah baca blognya Om Ivan Lanin ya? Ini linknya: http://ivanlanin.wordpress.com. Atau ini, Om: http://kateglo.bahtera.org. Atau sekalian ini, Om: http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi
HapusSaya jangan dimasukin jadi spam ya, Om. Kan ini demi kegantengan tulisan Om Gorila juga.
Salam Zuper kembalih!
Terima kasih :)
Hapus