04 Maret, 2012

Glorifikasi dan Demonisasi

Glorifikasi itu aksi melebih-lebihkan sesuatu hingga hingga terkesan hebat luar biasa, sangat suci, atau sempurna tanpa cela. Sedangkan demonisasi adalah melebih-lebihkan keburukan atau kejahatan hingga sesuatu jadi tampak buruk luar biasa, jahat sempurna, tidak ada sedikitpun kebaikannya.

Dengan taktik tersebut, emosi korban dipermainkan dan dipengaruhi agar  sangat memuja pihak kawan secara berlebihan dan membenci pihak musuh juga secara berlebihan. Saking bencinya, korban indoktrinasi tidak akan terpikir untuk mendengarkan penjelasan dari musuh, apalagi memahami alasan-alasan dibalik tindakannya. Pokoknya kata pemimpin dia musuh, jahat sangat, harus diperangi.

Taktik glorifikasi demonisasi dapat dikatakan berhasil jika korban indoktrinasi tidak bisa lagi melihat, atau malah sengaja mengabaikan segala kesalahan/keburukan yang dilakukan pihak kawan tapi tetap bersemangat untuk kritis pada berbagai keburukan yang dilakukan pihak lawan.

Taktik ini biasanya diterapkan oleh para pemimpin yang menggunakan taktik pecah belah (divide and rule / adu domba) untuk melestarikan kekuasaannya.

Gimana, sering kah Anda lihat itu terjadi di sekitar kita?

Sekarang, dapatkah Anda beri contoh diterapkannya taktik ini dalam kehidupan kita sebagai warga Indonesia?
7

7 komentar:

  1. Contoh hasil glorifikasi:

    1. Nasionalis ekstrim, tak akan percaya kalau TNI berbuat "sedikit kejam" di papua atau timtim.

    2. Orang amerika yang sangat patriotik, tak akan percaya kalau di belakang invasi ke irak ada motif kapitalisme yang rakus.

    3. Pendukung FPI dan PKS yang super duper fanatik tidak akan percaya kalau FPI sering melakukan kekerasan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. 4. Pendukung JIL yang super duper liberalis tak bisa mengerti bahwa JIL hanyalah usaha sia-sia dalam membedaki wajah islam yang keras, usaha gagal dalam memaniskan yang sebenarnya pahit.

      Hapus
    2. Contoh bagus temans, lalu gimana dengan demonisasinya?

      Hapus
  2. oh, iya tuh, Om Gorila. glorifikasi para habib dan manusia yang katanya garis keturunan nabi itu buat saya mah masya allah banget. jadi seperti orang suci, nggak pernah bikin dosa atau kesalahan. kalau bikin pun tetep ditanggung masuk surga karena nasabnya itu. jadi kayak "kenal orang dalem" gitu.

    terus demonisasi mereka yang disebut ateis itu bikin orang-orang yang nggak bertuhan sepertinya naudzubillahminzalik banget. jadi maksiat banget. padahal menurut ukuran kesejahteraan justru negara-negara yang penduduk dan negaranya tidak beragama dan tidak bertuhan isinya manusia sehat-sejahtera-gembira, meskipun bahagia mah belom tentu. pernah dimuat tuh di the economist kalo nggak salah. tapi saya nggak simpan URL-nya. maaf ya.

    eh, Om Gorila harus nulis terus ya tiap hari. asik nih, artikelnya pendek-pendek. kayak jalan pikiran saya. hihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eksploitasi kesucian itu taktik indoktrinasi jugaaa! Bagus tuh buat bahan update.

      Menulis pendek memang menyesuaikan dengan kesehatan jiwa orang sekarang yang kebanyakan sudah kecanduan twitter sampai tidak mampu lagi membaca panjang-panjang tanpa diselingi ngetwit.

      Hapus
    2. Om Gorila nyindir gw ya? Jleb banget ((=

      Hapus
  3. Demikianlah kenyataan di kita saat ini.

    BalasHapus