20 Maret, 2012

Menghindari Pertanyaan Mengalihkan Perhatian

Untuk apa mengalihkan perhatian? Untuk apa memberi jawaban panjang lebar dan berputar-putar tanpa sedikitpun menjawab pertanyaan?

Supaya fakta-fakta yang tidak menyenangkan tidak perlu muncul ke permukaan :))

Dalam acara TV, dimana para pembela penjahat dikumpulkan untuk mempengaruhi opini publik, diundanglah seorang kepala polisi untuk ditanya soal pengusutan pembantaian yang terjadi di pulau seberang. Dengan lihai dia berkata-kata panjang lebar, menerangkan tugas kepolisian, tanpa sedikitpun menjawab apa yang ditanyakan MC.

Beliau sadar bahwa waktu siaran terbatas. Dengan mengeluarkan kata-data yang tidak perlu, beliau sukses menghabiskan waktu dan menghindar dari keharusan menjawab pertanyaan.



Taktik licik macam itu memang sering dipakai oleh para tokoh di Indonesia. Tidak hanya politikus, agamawan sering lebih lihai. Silakan coba sendiri, ajukan pertanyaan yang sensitif, pasti jawabannya berputar kemana-mana. Biasanya malah disertai dagang babi.

Dan sebenarnya tidak hanya politisi, aparat negara atau agamawan. Orang biasa seperti saya juga sering pakai, haha.

Cara menghadapi orang-orang seperti itu adalah menginformasikan dengan jelas, baik pada si penjawab yang kurang ajar maupun pada penonton bahwa pertanyaan belum dijawab. Jika lisan, katakan "Anda belum menjawab pertanyaannya." Jika tulisan ya sampaikan itu dengan tebal dan garis bawah :D Pastikan semua orang sadar kalau sedang dipermainkan, dan ingat untuk segera kembali mengejar jawaban.

BTW, hampir oot tapi tidak juga nih...

Mungkinkah kecintaan pada taktik "menghindari pertanyaan" ini yang membuat para pejabat kita sangat amat takut untuk membuka dialog di internet?

Perhatikanlah bagaimana anggota DPD menelantarkan blog yang sudah dibuatkan, sampai kini tak pernah diisi.

Perhatikan bagaimana Menkominfo lebih memilih diskusi di twitter yang cuma sekian karakter. Untuk urusan informasi dan komunikasi tapi cuma pakai twitter yang terbatas, bukannya G+ atau sekalian blog supaya lebih bisa menjelaskan dan menjawab yang sejelas-jelasnya pada rakyat. Bahkan halaman kontaknya sudah sejak lama tidak bisa diakses. Tidak ada waktu? Tidak ada orang? Lha kan punya staff ahli, jangan jadi menteri kalau tak pandai mendelegasikan tugas.

Orang-orang tersebut harusnya sudah jadi negarawan, tapi kelakuan masih saja seperti agamawan tukang indoktrinasi yang dakwahnya satu arah, dimana apapun yang keluar dari mulut (dan pantat?) mereka harus ditelan bulat-bulat oleh rakyat. Tampangnya seperti tidak merasa perlu mendengar apa pendapat/pertanyaan umat.
5

5 komentar:

  1. Wah, kalo gw nyebutnya tukang bajay. Soalnya nggak jelas arah dan tujuannya. Karena kalo udah di prapatan, bahkan Tuhan pun--jika Dia memang ada--nggak tau itu bajay mau belok ke mana.

    BalasHapus
  2. Om Gorila ga apdet-apdet… )=

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sibuk dengan urusan duniawi. Silakan lho kalau mau nyumbang tulisan, pasti punya pengalaman terkait manipulasi pikiran dong... soal sehari-hari saja, biasanya cewe-cewe banyak tuh triknya.

      Hapus
  3. Gimana klo yg ditanya melawan balik yang ditanya, saya awam banget nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg ditanya melawan balik yang menanya?

      Hapus